ilmu pertanian
Rabu, 11 Oktober 2017
link ejurnal pertanian tentang budidaya pala
https://www.scribd.com/document/361292907/Ejurnal-litbang-pertanian-go-Id-Index
Isnin, 9 Oktober 2017
Perkecambahan dan Pertumbuhan
A. Perkecambahan
dan Pertumbuhan
Perkecambahan biji dimulai dari
proses penyerapan air oleh biji diikuti
dengan melunaknya kulit biji
serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan
peningkatan suplai oksigen
sehingga menyebabkan peningkatan respirasi
dalam biji. Proses perkecambahan
dapat terjadi jika kulit biji permeabel
terhadap air dan tersedia cukup
air dengan tekanan osmosis tertentu
(Kozlowski, 1972: 1).
Dinding sel yang kering hampir
tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi
menyebabkan kadar air di dalam
biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan
pecah atau robeknya kulit biji.
Air juga merupakan sarana masuknya oksigen
ke dalam biji. Suhu optimum untuk
berlangsungnya proses perkecambahan
adalah 10-40ÂșC (Kozlowski, 1972:
1-6).
Ada dua tipe perkecambahan biji,
yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal.
1. Perkecambahan epigeal
Tipe perkecambahan epigeal
ditandai dengan hipokotil yang tumbuh
memanjang sehingga plumula dan
kotiledon terangkat ke atas (permukaan
tanah). Kotiledon dapat melakukan
fotosintesis selama daun belum
11
terbentuk. Contoh tumbuhan ini
adalah kacang hijau, kedelai, bunga
matahari dan kacang tanah. Organ
pertama yang muncul ketika biji
berkecambah adalah radikula.
Radikula ini kemudian akan tumbuh
menembus permukaan tanah. Untuk
tanaman dikotil yang dirangsang
dengan cahaya, ruas batang
hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan
tanah mengangkat kotiledon dan
epikotil. Epikotil akan memunculkan
daun pertama kemudian kotiledon
akan rontok ketika cadangan makanan
di dalamnya telah habis digunakan
oleh embrio (Campbell et al., 2000:
365).
Gambar 2. Perkecambahan biji
epigeal (a) dan perkecambahan biji
hipogeal (b) (Campbell et al.,
2000: 366)
2. Perkecambahan hipogeal
Perkecambahan hipogeal ditandai
dengan epikotil tumbuh memanjang
kemudian plumula tumbuh ke
permukaan tanah menembus kulit biji.
Kotiledon tetap berada di dalam
tanah. Contoh tumbuhan yang
12
mengalami perkecambahan ini
adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung,
dan rumput-rumputan (Campbell et
al., 2000: 366).
Biji yang berkecambah belum
memiliki kemampuan untuk menyintesis
cadangan makanan sendiri.
Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan
makanan (endosperma). Umumnya
cadangan makanan pada biji berupa
amilum (pati). Pati tidak dapat
ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu
pati harus diubah terlebih dahulu
kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air
(Dwidjosoeputro, 1978: 56).
Pertumbuhan aksis embrionik
kecambah terjadi karena dua peristiwa yaitu
pembesaran sel yang telah ada
sebelumnya dan pembentukan sel-sel baru. Selsel
baru terbentuk karena proses
pembelahan sel yang terjadi pada titik tumbuh
radikula dan plumula. Saat
pembesaran sel terjadi proses-proses biokimia,
transportasi air, gula, asam
amino, dan perubahan ion-ion organik menjadi
protein, asam nukleat,
polisakarida serta molekul-molekul kompleks lainnya.
Senyawa yang dihasilkan akan
diubah menjadi organela, dinding sel, membran
sel dan lain-lain sampai
terbentuk jaringan dan organ (Salisburry dan Ross,
1995: 15).
Pertumbuhan sesungguhnya merupakan
hasil reaksi biokimia, peristiwa
biofisik dan proses fisiologis
yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama
dengan faktor luar. Titik awalnya
adalah satu sel tunggal, yaitu zigot yang
tumbuh dan berkembang menjadi
organisme multisel. Sintesis molekul yang
besar dan kompleks berlangsung
terus menerus dari ion dan molekul yang
13
lebih kecil, pembelahan sel
menghasilkan sel-sel baru, yang banyak dan
diantaranya tidak hanya membesar
tetapi juga lebih kompleks (Hasnunidah,
2011: 85).
Secara visual, pertumbuhan
tumbuhan dapat diamati dari pertambahan jumlah
dan ukuran, perubahan massa dan
penampilan tumbuhan tersebut sebagai
akibat penggandaan protoplasma
dan perbanyakan sel yang secara keseluruhan
disebut fenologi. Fenologi adalah
perubahan secara berurutan yang dapat
dilihat dari penampilan morfologi
tanaman tersebut. Suatu tumbuhan dikatakan
tumbuh apabila memiliki jumlah
sel, jumlah daun, ranting, rambut akar, dan
tunas yang lebih banyak
dibandingkan keadaan semula. Pertumbuhan
tumbuhan juga ditandai dengan
pertambahan ukuran tanaman seperti tinggi
tanaman, diameter batang, luas
daun, panjang akar, volume batang, dan
keliling batang. Pertambahan
massa pada tumbuhan dapat diamati dari berat
segar dan berat kering tanaman.
Tumbuhan dikatakan tumbuh bila terjadi
perubahan penampilan, misalnya
pada fase vegetatif perubahan dimulai dari
perkecambahan dilanjutkan dengan
pemunculan bibit di atas tanah,
pembentukan daun dan akar,
inisiasi anakan atau cabang, pertumbuhan daun,
dan perpanjangan akar, sedangkan
pada fase generatif dimulai dari induksi
bunga, inisiasi bunga,
pertumbuhan primordia bunga, dan pemunculan bunga
(Hasnunidah, 2011: 86).
Proses pertumbuhan kecambah
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal tanaman dan faktor lingkungan.
Faktor internal tersebut antara lain
gen dan hormon. Faktor lingkungan
meliputi dua faktor yaitu faktor dalam
14
tanah dan faktor di atas tanah.
Faktor dalam tanah terdiri dari keasaman,
aerasi, kandungan unsur kimia,
dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah
adalah radiasi matahari,
temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Sitompul dan
Guritno, 1995: 4). Adapun faktor
lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman adalah
medan magnet.
B. Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau dalam
taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminoceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus radiatus L.
(Purwono dan Hartono, 2005: 12).
a) Penyebaran
Tanaman Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau sudah
dikenal lama oleh masyarakat di Indonesia.
Asal kacang hijau diduga dari
kawasan India. Penyebaran tanaman
kacang hijau sangat luas ke
berbagai daerah di Asia tropis, seperti Taiwan,
Thailand, dan Filipina. Tanaman
kacang hijau dibawa masuk ke wilayah
Indonesia pada awal abad ke-17,
oleh pedagang Cina dan Portugis.
Penyebaran tanaman kacang hijau
pada mulanya terpusat di Pulau Jawa
15
dan Bali, tetapi pada tahun
1920-an mulai berkembang di Sulawesi,
Sumatera, Kalimantan, dan
Indonesia bagian Timur. Daerah sentrum
produksi kacang hijau saat ini
adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Yogyakarta (Rukmana,
1997: 15).
b) Morfologi
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh
di dataran rendah sampai pada
ketinggian 500 m di atas
permukaan laut di seluruh Indonesia. Jenis
tanaman kacang hijau yang biasa
diperdagangkan adalah jenis kacang
hijau dengan biji besar dan
kacang hijau dengan biji kecil (Astawan, 2005:
1).
i. Buah
Buah kacang hijau berbentuk
polong yang bulat silindris atau pipih
dengan ujung agak runcing atau
tumpul dengan panjang polong
berkisar 5-16 cm. Setiap polong
berisi 10-15 biji. Polong muda
berwarna hijau dan akan berubah
menjadi kecoklatan atau kehitaman
setelah tua. Pada polong terdapat
rambut-rambut pendek (Purwono
dan Hartono, 2005: 16).
ii. Biji
Biji kacang hijau memiliki ukuran
lebih kecil dibandingkan dengan
biji kacang lainnya. Kebanyakan
warna bijinya adalah hijau kusam
atau hijau mengkilap, namun ada
juga yang berwarna kuning coklat
atau kehitaman cokelat (Andrianto
dan Indarto, 2004: 15).
16
iii. Perakaran
Rukmana (1997: 15) menjelaskan
sistem perakaran kacang hijau
adalah tunggang dengan banyak
cabang. Berdasarkan penyebaran
cabang-cabang akarnya, sistem
perakaran kacang hijau
dikelompokkan menjadi mesophytes
dan xerophytes. Sistem
perakaran mesophytes memunyai
banyak cabang akar pada
permukaan tanah dengan tipe
pertumbuhannya menyebar, sistem
perakaran xerophytes memiliki
akar cabang lebih sedikit dan
memanjang ke arah bawah. Akar
kacang hijau terdapat nodul atau
bintil akar. Semakin banyak nodul
akarnya maka akan semakin
tinggi kandungan Nitrogen (N) di
dalamnya sehingga dapat
menyuburkan tanah.
iv. Batang
Kacang hijau memiliki batang yang
berukuran kecil, bertrikoma,
berwarna hijau kemerahan atau
kecoklatan. Batangnya bulat
berbuku-buku. Setiap buku
menghasilkan satu tangkai daun, kecuali
untuk daun pertama yang terbentuk
sepasang dan letaknya saling
berhadapan. Batang tumbuh tegak
mencapai ketinggian 30-110 cm
dan cabangnya tersebar
kemana-mana (Andrianto dan Indarto, 2004:
15).
v. Daun
Kacang hijau memiliki daun
trifoliate, terdiri dari 3 helaian, bentuk
daun terletak bersilangan.
Tangkai daun berwarna hijau tua atau
17
hijau muda dengan panjang tangkai
melebihi panjang daun
(Andrianto dan Indarto, 2004:
16).
vi. Bunga
Bunga kacang hijau termasuk bunga
kupu-kupu dan merupakan
bunga berumah satu atau memiliki
kelamin ganda. Bunga berwarna
kuning kehijauan atau kuning
pucat. Proses penyerbukan terjadi
pada malam hari. Pada pagi hari
bunga akan mekar dan menjadi
layu pada sore hari (Purwono dan
Hartono, 2005: 15).
c) Manfaat
Kacang hijau banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pangan. Kandungan
protein yang dimilikinya tinggi
dan baik bagi tubuh manusia. Kacang
hijau mengandung kalsium dan
fosfor yang bermanfaat untuk memperkuat
tulang. Asam folat yang
terkandung dalam kacang hijau penting untuk ibu
hamil sebagai perkembangan saraf
bayi di dalam kandungan dan juga
untuk meningkatkan kecerdasan
bayi (Astawan, 2005: 1). Kacang hijau
juga dapat mengobati berbagai
macam penyakit seperti beri-beri, radang
ginjal, tekanan darah tinggi,
keracunan alkohol dan pestisida, mengurangi
gatal karena biang keringat,
muntaber, menguatkan fungsi limpa dan
lambung, impotensi, TBC, jerawat,
mengatasi flek hitam di wajah, dan
menurunkan demam (Susanto, 2010:
1-3).
Kacang hijau juga dikonsumsi
dalam bentuk kecambah (taoge). Nilai gizi
kecambah kacang hijau lebih baik
daripada nilai gizi biji yang belum
18
berkecambah karena kecambah telah
mengalami proses perombakan
makromolekul menjadi mikromolekul
sehingga meningkatkan daya cerna.
Pembentukan senyawa tokoferol
vitamin E terjadi dalam proses
perkecambahan. Vitamin E
merupakan senyawa antioksidan dalam tubuh
manusia (Purwono dan Hartono,
2005 : 5-11).
C. Medan Magnet
Magnet pertama kali ditemukan di
suatu daerah yang bernama Magnesia,
berupa batu kecil yang dapat
saling tarik menarik. Batu kecil ini kemudian
disebut magnet (Giancoli, 1998:
132-134). Setiap batang magnet memunyai
dua kutub, yaitu kutub utara dan
kutub selatan. Kutub-kutub magnet
menyebabkan terbentuknya medan
magnet di sekitar batang magnet. Kutubkutub
medan magnet yang tidak sejenis
akan saling tarik-menarik bila
berdekatan, sebaliknya kutub
medan magnet yang sejenis akan tolak menolak.
Kutub magnet adalah muatan magnet
yang mirip dengan muatan listrik,
bedanya kutub magnet selalu
berpasangan yaitu kutub selatan (s) dan utara (u),
sehingga selalu dalam wujud dwi
kutub magnet (Pertiwi, 2011: 6).
Bentuk medan magnet dilukiskan
dengan garis-garis medan magnet. Garisgaris
medan magnet selalu memancar dari
kutub utara ke kutub selatan dan
tidak pernah saling memotong.
Garis-garis medan magnet akan memengaruhi
momen-momen dwi kutub magnet yang
terkandung pada sebuah materi.
Momen dwi kutub magnet adalah
medan magnet-medan magnet kecil yang
ditimbulkan oleh gerakan elektron
bahan pada orbital dan sumbunya. Semakin
19
besar kekuatan medan magnet maka
semakin besar pula garis-garis medan
magnet yang dimilikinya (Soedojo,
2000: 37).
Menurut Soedojo (2000: 38) sifat
magnetik benda dapat diklasifikasikan
berdasarkan arah momen dipol
magnet suatu bahan terhadap arah medan
magnet dari luar yaitu:
a) Bahan Diamagnetik
Bahan diamagnetik memiliki arah
momen dipol magnet yang berlawanan
dengan arah medan magnet luar.
Ketika diberi magnet dari luar, maka
arah momen dwi kutub unsur
diamagnetik menjadi berlawanan arah
dengan arah medan magnet luar,
contoh: bismuth, tembaga, emas, perak,
seng, dan garam dapur (Alonso dan
Finn, 1992: 44).
b) Bahan Paramagnetik
Bahan paramagnetik memiliki momen
dipol magnet searah dengan arah
medan magnet luar dan sebagian
lagi tidak. Bila ada magnet di sekitarnya,
maka arah momen dwi kutubnya akan
searah dengan arah medan magnet
luar tersebut, contoh: aluminium,
magnesium, wolfram, platina, dan kayu
(Alonso dan Finn, 1992: 44).
c) Bahan Feromagnetik
Bahan feromagnetik adalah bahan
yang bila diberi medan magnet dari
luar, maka semua momen dipolnya
searah dengan arah medan magnet luar.
Contoh: besi, baja, besi silikon,
nikel, dan kobalt (Pertiwi, 2011: 9).
20
Berdasarkan sumbernya, medan magnet
tediri atas sumber alami dan buatan.
Sumber alami medan magnet
contohnya magnet batang, magnet jarum, dan
magnet U. Sumber medan magnet
buatan contohnya solenoida. Setiap
solenoida menimbulkan medan
magnet ke lingkungan di sekitarnya (Alonso
dan Finn, 1992: 45). Solenoida
adalah lilitan-lilitan kawat tembaga yang
membentuk kumparan dan jika
dialiri arus listrik akan menghasilkan medan
magnet dengan pola garis medan
seperti magnet batang (Soedojo, 2000: 39).
Arah medan magnetik dapat
ditentukan dengan aturan tangan kanan. Arah arus
sesuai dengan arah melingkar jari
tangan kanan, arah ibu jari menyatakan arah
medan magnet. Besar induksi
magnetik pada solenoida ditentukan pada pusat
sumbu dan ujung sumbu solenoida.
Besar induksi dapat diturunkan dari
hukum Biot-Savart (Anggraini,
2012: 37-38).
B = Ό0
Keterangan:
B = kuat medan magnet pada titik
P (Tesla)
Ό0 = permeabilitas ruang hampa
(Wb/Am)
I = kuat arus listrik (A)
n = jumlah lilitan per satuan
luas panjang (m-1)
a = jarak dari ujung atas lilitan
kawat tembaga ke ujung atas tabung
silinder (m)
b = jarak dari ujung bawah
lilitan kawat tembaga ke ujung bawah
tabung silinder (m)
R = jari-jari solenoida (m)
21
D. Pengaruh
Medan Magnet pada Tumbuhan
Penelitian untuk mengetahui
pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan telah
banyak dilakukan, di antaranya
Soltani dkk. (2006: 1) membuktikan bahwa
kuat medan magnet memengaruhi
pertumbuhan akar lateral serta jumlah
cabang pada batang Ocimum
basilicum. Putra (dalam Nurhayati, 2009: 17)
menunjukkan bahwa tanaman nilam (Pogestemon
cablin Benth.) yang
diletakkan pada batang magnet
dengan arah medan magnet mendekati pusat
bumi memiliki diameter batang
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh Kamelia
(dalam Widelia, 2008: 18)
mengungkapkan medan magnet
memengaruhi panjang batang, berat basah,
selisih berat basah dan berat
kering, serta lebar berkas pengangkut tanaman
kedelai.
Medan magnet menyebabkan
peningkatan suhu dan kecepatan penguapan air
pada media tumbuh. Roniyus (2005:
112) menduga bahwa medan magnet
dapat memecah ikatan hidrogen
antar molekul air sehingga potensial air
meningkat. Semakin tinggi
potensial air maka hidrasi benih dapat berlangsung
lebih cepat. Sementara Morejon et
al. (2007: 175) menjelaskan bahwa medan
magnet memengaruhi sifat fisika
dan kimia air, diantaranya tekanan permukaan
air, konduktivitas, daya
melarutkan garam-garam, relatif indeks air, dan pH.
Perubahan ini mengakibatkan air
menjadi lebih mudah menghidrasi senyawasenyawa
atau molekul-molekul di sel-sel
biji.
Efek medan magnet terhadap
panjang batang diduga karena adanya
peningkatan pembelahan sel,
pembesaran sel dan penyerapan air oleh sel.
22
Peningkatan volume sel yang cepat
diduga akibat perenggangan dinding sel.
Peningkatan berat basah kedelai
diduga karena adanya pengisian ronggarongga
antar sel dan perenggangan
dinding sel sehingga ukuran sel meningkat
dan memengaruhi lebar berkas
pengangkut. Lebar berkas pengangkut juga
menunjukkan pengaruh yang nyata
setelah diletakkan di daerah sekitar medan
magnet. Hal ini diduga adanya
sifat partikel dasar di dalam sel. Sifat ini
menyebabkan adanya benturan di
antara molekul air dan partikel di dalamnya
yang akhirnya menyebabkan
pembesaran dinding sel (Widelia, 2008: 19).
Penelitian yang telah dilakukan
oleh Fahmi (dalam Herawati, 2008: 22)
menunjukkan bahwa kuat medan
megnet memberikan pengaruh nyata terhadap
indeks perkecambahan, lebar
berkas pengangkut, dan berat kering tanaman
kacang kedelai yang berkaitan
dengan sifat air. Aladjadjiyan dan Ylieva
(2003: 136) membuktikan bahwa
medan magnet merangsang perkecambahan
serta berperan penting dalam
meningkatkan energi perkecambahan. Agustrina
(2008: 342) juga membuktikan
bahwa pemaparan medan magnet memengaruhi
ukuran lebar berkas pengangkut,
lebar sel parenkim serta panjang dan lebar
stomata pada tanaman cocor bebek.
Kordas (2002: 528) menunjukkan
bahwa medan magnet menurunkan panjang
akar gandum sebesar 8,5%.
Dinamika pertumbuhan gandum menurun
sehingga tanaman menjadi lebih
pendek dan kecil, begitu juga dengan struktur
mahkota dan tangkai menjadi lebih
kecil. Sebaliknya biostimulasi daun
meningkat 4 % dibandingkan dengan
tanaman kontrol.
23
Esitken dan Turan (2004: 135)
meneliti tentang efek kuat medan magnet
terhadap hasil buah dan komposisi
unsur hara pada strawberry (Fragaria x
ananassa). Strawberry
yang diberi perlakuan kuat medan magnet 0,096 T;
0,192 T, dan 0,384 T menunjukkan
rata-rata berat basah yang lebih tinggi
dibandingkan kontrol. Kuat medan
magnet 0,096 T meningkatkan hasil dan
jumlah buah per tanaman, tetapi
kuat medan magnet 0,384 T justru mengurangi
hasil dan jumlah buah per
tanaman.
Penelitian yang telah dilakukan
oleh Anggraini (2012: 70) membuktikan
bahwa pemaparan yang berbeda-beda
dengan kuat medan magnet 0,1 mT pada
tanaman legum memengaruhi
perkecambahan dengan memperlihatkan
perbedaan yang nyata pada luas
sel parenkim, diameter pembuluh xilem, dan
luas stomata. Pemaparan medan
magnet juga memengaruhi berat basah, berat
kering, luas daun, kandungan
klorofil, serta laju penambahan tinggi tanaman.
Pemaparan medan magnet selama 15
menit 36 detik meningkatkan aktivitas
enzim α-amilase pada bagian
kotiledon dan hipokotil saat hipokotil mencapai 1
cm dan 9 cm.
E. Analisis
Materi Pelajaran
Pembelajaran IPA diantaranya
materi biologi wajib diajarkan pada jenjang
SMP untuk mencapai tujuan
Pendidikan Nasional. Biologi merupakan ilmu
yang mempelajari segala sesuatu
mengenai makhluk hidup. Salah satu materi
biologi yang diajarkan pada
jenjang SMP adalah pertumbuhan dan
perkembangan pada kelas VIII. Sub
materi pengaruh faktor lingkungan
24
terhadap pertumbuhan tumbuhan
yang diajarkan pada siswa SMP masih
umum, padahal baru-baru ini sudah
banyak dilakukan penelitian pengaruh
faktor lingkungan lain yang dapat
memengaruhi pertumbuhan tumbuhan
misalnya pengaruh medan magnet.
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) Kelas VIII semester 1 pada
Standar Kompetensi (SK) 1, Kompetensi
Dasar 1.1 siswa diminta untuk dapat
menganalisis pentingnya pertumbuhan
dan perkembangan pada makhluk
hidup, terutama tentang faktor-faktor yang
dapat memengaruhinya.
Pembelajaran pada materi ini dapat dilakukan dengan
metode praktikum untuk
membuktikan pengaruh faktor lingkungan, sehingga
diperlukan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dalam menunjang pembelajaran.
Penelitian mengenai kecepatan
perkecambahan dan pertumbuhan akar
kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus L.) memiliki kaitan yang sesuai
dengan Standar Kompetensi 1 dan
Kompetensi Dasar 1.1 SMP Kelas VIII
semester 1, di mana penelitian
ini merupakan percobaan pengaruh faktor
lingkungan terhadap pertumbuhan
tumbuhan sehingga hasil dari penelitian ini
dapat diaplikasikan dalam bentuk
Lembar Kerja Siswa.
F. Lembar Kerja
Siswa
Lembar kerja siswa adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.
Tugas-tugas dalam sebuah LKS tidak akan dapat
dikerjakan tanpa dilengkapi
dengan buku lain atau referensi yang terkait
dengan materi tugas (Majid, 2007:
176). Lembar kerja siswa dapat berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas (Abdul, 2007 :
176).
25
1) Komponen LKS
Meskipun tidak sama persis,
komponen LKS meliputi nomor LKS, judul,
tujuan, alat dan bahan, prosedur
kerja dan tabel data. Nomor LKS
bertujuan mempermudah penggunaan.
Judul dan tujuan kegiatan berisi
topik dan tujuan belajar. Alat
dan bahan tidak mutlak dicantumkan hanya
jika kegiatan belajar memerlukan
alat dan bahan khusus. Prosedur kerja
berisi petunjuk melakukan
kegiatan belajar. Tabel data digunakan siswa
dalam mencatat hasil pengamatan
atau pengukuran. Tabel bisa diganti
dengan kotak kosong bila tidak
memerlukan data sehingga siswa dapat
menulis, menggambar, atau
berhitung (Suyanto dkk., 2011: 7).
2) Tujuan
Tujuan dari penggunaan LKS adalah
memberi pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang perlu dimiliki
oleh peserta didik, dan mengecek tingkat
pemahaman peserta didik terhadap
materi yang telah disajikan. LKS juga
bertujuan mengembangkan dan
menerapkan materi pelajaran yang sulit
disampaikan secara lisan (Suyanto
dkk., 2011: 7).
3) Manfaat
Manfaat LKS adalah mengaktifkan
siswa dalam proses belajar mengajar,
membantu siswa dalam
mengembangkan konsep, melatih siswa untuk
menemukan dan mengembangkan
proses belajar mengajar, dan membantu
guru dalam menyusun pembelajaran.
LKS juga penting sebagai pedoman
guru dan siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran. LKS
menambah informasi dan membantu
siswa memperoleh catatan tentang
26
materi yang dipelajari melalui
kegiatan pembelajaran (Priyanto dan
Harmoko, 1997: 17).
4)
Langkah-langkah Penyusunan LKS
Dalam menyusun sebuah LKS,
pertama dengan melakukan analisis
kurikulum; standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, dan materi
pembelajaran, serta alokasi
waktu. Menganalisis silabus dan memilih
alternatif kegiatan belajar yang
paling sesuai dengan hasil analisis SK,
KD, dan indikator. Menganalisis
RPP dan menentukan langkah-langkah
kegiatan belajar (Suyanto dkk., 2011: 14).
morfologi tumbuhan
MORFOLOGI TUMBUHAN
Morfologi tumbuhan adalah
ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagian-bagian, bentuk maupun
fungsinya.Secara klasik, tumbuhan terdiri dari tiga organ dasar:
Akar
Batang
Daun
AKAR
Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus.
Sifat-sifat akar:
1. merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya.
2. tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau sisik-sisik maupun bagian-bagian lainya.
3. warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.
4. tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah.
5. bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus tanah.
Fungsi akar bagi tumbuhan:
1. memperkuat berdirinya tumbuhan.
2. untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tersebut dari dalam tanah.
3. mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
4. kadang-kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.
Jenis akar
Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:
1. Akar serabut. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun terkadang, tumbuhan dikotil juga memilikinya (dengan catatan, tumbuhan dikotil tersebut dikembangbiakkan dengan cara cangkok, atau stek). Fungsi utama akar serabut adalah untuk memperkokoh berdirinya tumbuhan.
2. Akar tunggang. Akar ini umumnya terdapat pada tumbuhan dikotil. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan.
Modifikasi akar
1. Akar napas. Akar naik ke atas tanah, khususnya ke atas air seperti pada genera Mangrove (Avicennia, Soneratia).
2. Akar gantung. Akar sepenuhnya berada di atas tanah. Akar gantung terdapat pada tumbuhan epifit Anggrek.
3. Akar banir. Akar ini banyak terdapat pada tumbuhan jenis tropik.
4. Akar penghisap. Akar ini terdapat pada tumbuhan jenis parasit seperti benalu.
BATANG
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut:
1. Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
3. Biasanya tumbuh ke atas menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop)
4. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
5. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan, tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
6. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
DAUN
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.
Morfologi
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.
Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
Fungsi
* Tempat terjadinya fotosintesis.
pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis di jaringan parenkim palisade. sedangkan pada tumbuhan monokotil, fotosintesis terjadi pada jaringan spons.
* Sebagai organ pernapasan.
Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasi (lihat keterangan di bawah pada Anatomi Daun).
* Tempat terjadinya transpirasi.
* Tempat terjadinya gutasi.
* Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Misalnya pada tanaman cocor bebek (tunas daun).
Anatomi
Organ-organ lain dapat digolongkan sebagai organ sekunder karena terbentuk dari modifikasi organ dasar. Beberapa organ sekunder dapat disebut sebagai organ aksesori, karena fungsinya tidak vital. Beberapa organ sekunder penting:
BUNGA
Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, “tumbuhan berbiji tertutup”). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.
Fungsi bunga
Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji.
Beberapa bunga memiliki warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan.
Manusia sejak lama terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu penentu nilai suatu tumbuhan sebagai tanaman hias.
Morfologi bunga
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air (lihat artikel Pembentukan bunga).
Bunga hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetri bentuknya: aktinomorf (“berbentuk bintang”, simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:
* Kelopak bunga atau calyx;
* Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
* Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;
* Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: “rumah wanita”) berupa putik.
Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur tumbuhan yang “umum”, spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.
BUAH
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.
Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati.
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi.
Buah dalam arti botani dan arti pertanian atau pangan
Arti botani
Dalam pandangan botani, buah adalah sebagaimana tercantum pada paragraf pertama di atas. Pada banyak spesies tumbuhan, yang disebut buah mencakup bakal buah yang telah berkembang lanjut beserta dengan jaringan yang mengelilinginya. Bagi tumbuhan berbunga, buah adalah alat untuk menyebar luaskan biji-bijinya; adanya biji di dalam dapat mengindikasikan bahwa organ tersebut adalah buah, meski ada pula biji yang tidak berasal dari buah.[1]
Dalam batasan tersebut, variasi buah bisa sangat besar, mencakup buah mangga, buah apel, buah tomat, cabai, dan lain-lain. Namun juga bulir (kariopsis) padi, ‘biji’ (juga merupakan bulir!) jagung, ‘biji’ bunga-matahari, ‘biji’ lada, atau polong kacang tanah. Sementara, dengan batasan ini, buah jambu monyet atau buah nangka tidak termasuk buah sejati.
Arti hortikultura atau pangan
Buah dalam pengertian hortikultura atau pangan merupakan pengertian yang dipakai oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini, batasan buah menjadi longgar. Setiap bagian tumbuhan di permukaan tanah yang tumbuh membesar dan (biasanya) berdaging atau banyak mengandung air dapat disebut buah.
Dapat dijumpai, buah sejati (dalam pengertian botani) yang digolongkan sebagai sayur-sayuran, seperti buah tomat, buah cabai, polong kacang panjang, dan buah ketimun. Namun demikian, dapat dijumpai pula, buah tidak sejati (buah semu) yang digolongkan sebagai buah-buahan, seperti ‘buah’ jambu monyet (yang sebetulnya merupakan pembesaran dasar bunga; buah yang sejati adalah bagian ujung yang berbentuk seperti monyet membungkuk), ‘buah’ nangka (yakni pembesaran tongkol bunga; buah yang sejati adalah isi buah nangka yang berwarna putih (Jw. beton), bergetah, sedangkan bagian ‘daging buah’ yang dimakan orang adalah tenda bunga), atau ‘buah’ nanas.
Pembentukan buah
Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap bakal buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji, membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan berbunga ini melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur dan sperma, dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya.[2]
Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging (pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan keras (pada buah geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal), benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak, pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal biji yang terbuahi.[3]
Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga, dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Yang di bagian luar disebut dinding luar, eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium); yang di dalam disebut dinding dalam atau endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang disebut dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium).[4]
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam, terkadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu disebut buah semu. Itulah sebabnya menjadi penting untuk mempelajari struktur bunga, dalam kaitannya untuk memahami bagaimana suatu macam buah terbentuk.
Tipe-tipe buah
Buah-buah itu sedemikian beragam, sehingga sukarlah rasanya untuk menyusun suatu skema pengelompokan yang dapat mencakup semua macam buah yang telah dikenal orang. Belum lagi adanya kekeliruan-kekeliruan yang mempertukarkan pengertian biji dan buah (misal: ‘biji’ jagung, yang sesungguhnya adalah buah secara botani).
Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari bakal buah) maupun buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah, yakni:[4]
* buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu bakal buah, yang berisi satu biji atau lebih.
* buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu bunga yang memiliki banyak bakal buah. Masing-masing bakal buah tumbuh menjadi buah tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu buah. Contohnya adalah sirsak (Annona).
* buah majemuk, yakni jika buah terbentuk dari bunga majemuk. Dengan demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja. Contohnya adalah nanas (Ananas), bunga matahari (Helianthus).
Buah kering
Buah tunggal, atau tepatnya buah sejati tunggal, lebih jauh lagi dapat dibedakan atas bentuk-bentuk buah kering (siccus), yakni yang bagian luarnya keras dan mengayu atau seperti kulit yang kering; dan buah berdaging (carnosus), yang dinding buahnya tebal berdaging.
Buah kering selanjutnya dibedakan atas buah yang tidak memecah (indehiscens) dan yang memecah (dehiscens). Buah indehiscens berisi satu biji, sehingga untuk memencarkan bijinya buah ini tidak perlu memecah. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah buah tipe padi, tipe kurung, dan tipe keras.
Buah padi (caryopsis)
Buah padi (caryopsis, atau bulir) memiliki dinding buah yang tipis, dan berlekatan menyatu dengan kulit biji. Kulit biji ini kadang-kadang berlekatan pula dengan biji. Buah terbungkus oleh sekam. Buah suku padi-padian (Poaceae) dan teki-tekian (Cyperaceae) termasuk ke dalam kelompok ini.
Bulir atau buah padi adalah buah sekaligus biji. Bagian buah terletak di sebelah luar, terdiri dari lemma, palea, dan skutelum (scutellum). Bagian biji terdiri dari lapisan aleuron (hanya setebal satu lapis sel), endospermia (tempat penyimpanan cadangan makanan), dan embrio.
Buah kurung (achenium)
Buah kurung (achenium) memiliki dinding buah yang tipis, berdempetan namun tidak berlekatan dengan kulit biji. Contohnya adalah buah (‘biji’) bunga pukul empat (Mirabilis). Buah kurung majemuk contohnya adalah (buah) bunga matahari.
Buah keras (nux)
Buah keras atau geluk (nux) terbentuk dari dua helai daun buah (carpel) atau lebih; bakal biji lebih dari satu, namun biasanya hanya satu yang menjadi biji sempurna. Dinding buah keras, kadangkala mengayu, tidak berlekatan dengan kulit biji. Contohnya adalah buah sarangan (Castanopsis).
Beberapa jenis buah keras, kulitnya mengalami pelebaran sehingga membentuk semacam sayap yang berguna untuk menerbangkan buah ini—jika masak—menjauh dari pohon induknya. Buah bersayap (samara) semacam ini contohnya adalah buah meranti (Shorea) dan kerabatnya dari suku Dipterocarpaceae.
Buah kering yang memecah (dehiscens) umumnya berisi lebih dari satu biji, sehingga memecahnya buah nampaknya terkait dengan upaya untuk memencarkan biji, agar tidak terkumpul di suatu tempat. Misalnya adalah:
Buah berbelah (schizocarpium)
Buah berbelah (schizocarpium) memiliki dua ruang atau lebih, masing-masing dengan sebutir biji di dalamnya. Jika memecah, ruang-ruang itu terpisah namun bijinya masih terbawa di dalam ruang. Sehingga masing-masing ruang seolah buah kurung yang tersendiri. Contohnya adalah kemangi (Ocimum), beberapa jenis anggota Malvaceae, dan lain-lain.
Buah kendaga
Buah kendaga (rhegma) seperti buah belah, namun ruang-ruang itu masing-masing memecah, sehingga bijinya terlempar keluar. Masing-masing ruang terbentuk dari satu daun buah. Contoh: para (Hevea), jarak (Ricinus).
Buah kotak
Terdiri atas satu atau beberapa daun buah, berbiji banyak. Buah ini memecah jika masak, namun kulit buah yang pecah sampai lama tidak terlepas dari tangkai buah. Ada banyak macam buah kotak. Buah kotak sejati (capsula) terdiri atas dua daun buah atau lebih; jumlah ruangannya sesuai dengan jumlah daun buah asalnya. Buah ini membuka dengan bermacam-macam cara. Contohnya adalah durian (Durio), anggrek (Orchidaceae). ‘Daging buah’ durian yang dimakan sebetulnya adalah arilus (salut biji), perbesaran dari selaput penutup biji.
Selain itu, masih ada lagi beberapa jenis buah kotak seperti berikut ini:
Buah bumbung
Buah bumbung (folliculus) berasal dari bakal buah yang terdiri atas satu daun buah dengan banyak biji. Jika masak, kotak terbelah menurut salah satu kampuhnya, biasanya kampuh perut. Contohnya adalah widuri (Calotropis), kepuh (Sterculia).
Buah polong
Buah polong (legumen) terdiri atas satu daun buah dengan satu ruangan dan banyak biji; sering pula ruangan ini terpisah-pisah oleh sekat semu. Jika masak, ruangan akan terbuka menurut kedua kampuhnya yang memanjang. Contohnya adalah aneka jenis polong-polongan (Fabaceae, atau dulu disebut Leguminosae).
Buah lobak
Buah lobak (siliqua) tersusun dari dua daun buah dengan satu ruangan yang tersekat oleh sekat semu. Buah terpecah menurut kedua kampuhnya ketika masak, namun ujungnya masih berlekatan. Biji sebentar masih melekat pada sekat semu, yang sebetulnya adalah tembuni, sebelum pada akhirnya terlepas. Contohnya adalah jenis-jenis Cruciferae.
Buah berdaging
Buah-buah tunggal berdaging pada umumnya tidak memecah (membuka) ketika masak. Salah satu perkecualiannya adalah pala (Myristica). Beberapa bentuk buah berdaging, di antaranya:
Buah buni
Buah buni (bacca) mempunyai dinding buah terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan luar (eksokarp atau epikarp) yang tipis dan lapisan dalam (endokarp) yang tebal, lunak dan berair. Biji-biji lepas dalam lapisan dalam tersebut. Contohnya adalah buni (Antidesma), belimbing (Averrhoa), jambu biji (Psidium), tomat (Lycopersicum) .
Buah mentimun
Buah mentimun (pepo) serupa dengan buah buni, namun dengan dinding luar yang lebih tebal dan kuat. Pada buah yang masak, di tengahnya sering terdapat ruangan dan daging buahnya bersatu dengan banyak biji di dalam ruangan tersebut. Contohnya adalah mentimun (Cucurbita) dan kerabatnya.
Buah jeruk
Buah jeruk (hesperidium) adalah variasi dari buah buni dengan tiga lapisan dinding buah. Lapisan luar yang liat dan berisi kelenjar minyak; lapisan tengah yang serupa jaringan bunga karang dan umumnya keputih-putihan; serta lapisan dalam yang bersekat-sekat, dengan gelembung-gelembung berisi cairan di dalamnya. Biji-biji tersebar di antara gelembung-gelembung itu. Contoh: buah jeruk (Citrus).
Buah batu
Buah batu (drupa) memiliki tiga lapisan dinding buah. Eksokarp umumnya tipis menjangat (seperti kulit); mesokarp yang berdaging atau berserabut; dan endokarp yang liat, tebal dan keras, bahkan dapat amat keras seperti batu. Contohnya adalah mangga (Mangifera), dengan mesokarp berdaging; atau kelapa (Cocos), yang mesokarpnya berserabut.
Buah delima
Dinding luarnya liat, keras atau kaku, hampir seperti kayu; dinding dalam tipis, liat, bersekat-sekat. Masing-masing ruang dengan banyak biji. Selaput biji tebal berair dan dapat dimakan. Contohnya adalah delima (Punica).
Buah ganda
Buah berganda adalah buah yang terbentuk dari satu kuntum bunga yang memiliki banyak bakal buah. Tiap-tiap bakal buah itu tumbuh menjadi buah yang tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu buah. Sesuai dengan bentuk-bentuk buah penyusunnya, maka dikenal beberapa macam buah berganda. Misalnya:
* buah kurung berganda, misalnya pada buah mawar (Rosa).
* buah bumbung berganda, misalnya pada cempaka (Michelia).
* buah buni berganda, misalnya pada sirsak (Annona).
* buah batu berganda, misalnya pada murbei (Morus).
Buah majemuk
Buah majemuk adalah buah hasil perkembangan bunga majemuk. Dengan demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang tumbuh sedemikian sehingga pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja. Dikenal pula beberapa macam buah majemuk, di antaranya:
* buah padi majemuk, misalnya jagung (Zea). Tongkol jagung sebetulnya berisi deretan buah-buah jagung, bukan biji jagung.
* buah kurung majemuk, misalnya buah bunga matahari (Helianthus).
* buah buni majemuk, misalnya buah nanas (Ananas).
* buah batu majemuk, misalnya buah pandan (Pandanus), pace (Morinda).
tahap-tahap perkembangan buah majemuk pada pace. Bunga-bunga pace berkumpul dalam satu perbungaan (bunga majemuk) yang disebut bongkol. Setelah diserbuki dan dibuahi, setiap kuntum bunga mulai tumbuh menjadi buah batu (drupa). Dalam perkembangannya, buah-buah batu ini pada akhirnya saling luluh menjadi sebutir buah batu majemuk.[6]
Sesuai dengan definisi, buah ganda dan buah majemuk sukar disebut buah sejati. Karena pada buah-buah tersebut terdapat bagian-bagian lain dari bunga –selain bakal buah– yang turut bertumbuh dan berkembang menjadi buah, baik bagian-bagian itu menjadi bagian utama buah ataupun bukan.
Buah tak berbiji
Keadaan tak berbiji merupakan salah satu ciri penting buah-buahan komersial. Kultivar-kultivar pisang dan nanas adalah contohnya. Demikian pula, buah-buah jeruk, anggur, dan semangka dari kultivar tak berbiji umumnya dihargai lebih mahal. Keadaan tak berbiji demikian biasa pula disebut sukun.[7]
Pada sejumlah spesies, keadaan tak berbiji merupakan hasil dari partenokarpi, yakni proses pembentukan buah tanpa terjadinya pembuahan sebelumnya. Buah partenokarpi bisa terbentuk dengan atau tanpa peristiwa penyerbukan. Kebanyakan kultivar jeruk sukun memerlukan penyerbukan untuk proses pembentukannya; namun pisang dan nanas tidak memerlukannya. Sementara itu, keadaan tak berbiji pada anggur sebetulnya terjadi karena matinya atau tidak tumbuhnya embrio (dan biji) yang dihasilkan oleh pembuahan, keadaan yang dikenal sebagai stenospermokarpi, yang memerlukan proses penyerbukan dan pembuahan secara normal
Pemencaran biji
Variasi dalam bentuk dan struktur buah terkait dengan upaya-upaya pemencaran biji. Pemencaran ini bisa terjadi dengan bantuan hewan, angin, aliran air, atau proses pecahnya buah yang sedemikian rupa sehingga melontarkan biji-bijinya sampai jauh.[9]
Pemencaran oleh binatang (zookori)
Pemencaran oleh binatang biasa terjadi pada buah-buah yang memiliki bagian-bagian yang banyak mengandung gula atau bahan makanan lainnya. Musang, misalnya, menyukai buah-buah yang manis atau mengandung tepung dan minyak yang menghasilkan energi. Aneka macam buah, termasuk pepaya, kopi dan aren, dimakannya namun biji-bijinya tidak tercerna dalam perutnya. Biji-biji itu, setelah terbawa ke mana-mana dalam tubuh musang, akhirnya dikeluarkan bersama tinja, di tempat yang bisa jadi cukup jauh dari pohon asalnya. Demikian pula yang terjadi pada beberapa macam biji-biji rumput dan semak yang dimakan oleh ruminansia. Pemencaran seperti itu disebut endozoik.[4] Dari golongan burung, telah diketahui sejak lama bahwa burung cabe (Dicaeidae) memiliki keterkaitan yang erat dengan penyebaran beberapa jenis pasilan atau benalu (Loranthaceae); yang buah-buahnya menjadi makanan burung tersebut dan bijinya yang amat lengket terbawa pindah ke pohon-pohon lain.[10][11]
Cara lain adalah apa yang disebut epizoik, yakni pemencaran dengan cara menempel di bagian luar tubuh binatang. Buah atau biji yang epizoik biasanya memiliki kait atau duri, agar mudah melekat dan terbawa pada rambut, kulit atau bagian badan binatang lainnya. Misalnya pada buah-buah rumput jarum (Andropogon), sangketan (Achyranthes), pulutan (Urena) dan lain-lain.[4]
Pemencaran oleh angin (anemokori)
Di kawasan hutan hujan tropika, pemencaran oleh angin merupakan cara yang efektif untuk menyebarkan buah dan biji, nomor dua setelah pemencaran oleh binatang.[12] Tidak mengherankan jika Dipterocarpaceae, kebanyakan memiliki bentuk buah samara, menjadi salah satu suku pohon yang mendominasi tegakan hutan di Kalimantan dan Sumatra. Tumbuhan lain yang memanfaatkan angin, yang juga melimpah keberadaannya di hutan hujan ini, adalah jenis-jenis anggrek (Orchidaceae). Buah anggrek merupakan buah kotak yang memecah dengan celah-celah, untuk melepaskan biji-bijinya yang halus dan mudah diterbangkan angin.[4]
Alih-alih buahnya, pada jenis-jenis tumbuhan tertentu adalah bijinya yang memiliki sayap atau alat melayang yang lain. Biji-biji bersayap ini misalnya adalah biji bayur (Pterospermum), mahoni (Swietenia), atau tusam (Pinus). Biji kapas (Gossypium) dan kapok (Ceiba) memiliki serat-serat yang membantunya melayang bersama angin.
Pemencaran oleh air (hidrokori)
Buah-buah yang dipencarkan oleh air pada umumnya memiliki jaringan pengapung (seperti gabus) yang terisi udara atau jaringan yang tak basah oleh air. Misalnya adalah jaringan sabut pada buah-buah kelapa (Cocos), ketapang (Terminalia) atau putat (Barringtonia).[4]
Buah bakau (Rhizophora) telah berkecambah semasa masih melekat di batangnya (vivipar). Akar lembaga dan hipokotilnya tumbuh memanjang keluar dari buah dan menggantung di ujung ranting, hingga pada saatnya kecambah terlepas dan jatuh ke lumpur atau air di bawahnya.[13] Kecambah yang jatuh ke lumpur mungkin langsung menancap dan seterusnya tumbuh di situ; namun yang jatuh ke air akan terapung dan bisa jadi terbawa arus air sungai atau laut hingga ke tempat yang baru, di mana kecambah itu tersangkut dan tumbuh menjadi pohon.
Pemencaran sendiri
Beberapa banyak macam buah, melemparkan sendiri biji-bijinya melalui berbagai mekanisme pecahnya dinding buah, yang sebagian besar berdasarkan pada peristiwa higroskopi atau turgesensi.[4] Buah-buah kering yang memecah sendiri (dehiscens), di saat masak kehilangan kadar airnya, hingga pada lengas tertentu bagian-bagian yang terkait melenting secara tiba-tiba, memecah kampuh, dan melontarkan biji-biji di dalamnya ke kejauhan. Contohnya adalah buah para (Hevea), yang sering terdengar ‘meletus’ di kala hari panas. Demikian pula berbagai macam polong-polongan (Fabaceae), yang dapat melontarkan biji hingga beberapa puluh meter jauhnya. Buah pacar air (Impatiens), karena sifat lentingnya, bahkan sering digunakan anak-anak untuk bermain.
BIJI
Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. (Lihat pergiliran keturunan).
UMBI
Umbi merupakan satu organ dari tumbuhan yang merupakan modifikasi dari organ lain dan berfungsi sebagai penyimpan zat tertentu (umumnya karbohidrat). Organ yang dimodifikasi dapat berupa daun, batang, atau akar. Bentuk modifikasi ini biasanya adalah pembesaran ukuran dengan perubahan anatomi yang sangat jelas terlihat. Umbi biasanya terbentuk tepat di bawah permukaan tanah.
Organ penyimpan tidak harus berbentuk umbi. Beberapa jenis tumbuhan menyimpan cadangan energi pada organ yang sama, tetapi tidak mengalami banyak modifikasi bentuk, sehingga tidak membentuk umbi. Tumbuhan memerlukan cadangan energi karena ia tidak bisa berpindah tempat untuk menemukan sumber energi baru atau untuk membantu reproduksi jenisnya
Macam-macam umbi
Umbi merupakan istilah generik (umum). Secara biologi, umbi dibedakan berdasarkan organ dasar yang dimodifikasi.
* Umbi lapis (bulbus) merupakan umbi yang terbentuk dari tumpukan (pangkal) daun yang tersusun rapat, biasanya dihasilkan oleh famili Alliaceae, amaryllidaceae, dan Liliaceae;
* Umbi batang merupakan umbi yang terbentuk dari modifikasi batang. Umbi batang mampu memunculkan tunas maupun akar, sehingga kerap kali dijadikan bahan perbanyakan vegetatif. Umbi batang yang tumbuh di bawah permukaan tanah, membesar, dan mengandung banyak pati disebut sebagai tuber, biasanya dihasilkan oleh beberapa spesies Solanaceae dan Asteraceae.
* Umbi akar (tuberous root) merupakan umbi yang terbentuk dari modifikasi akar. Ketela pohon adalah salah satu contoh penghasil umbi akar. Umbi akar tidak bisa dijadikan bahan perbanyakan.
Beberapa organ yang tumbuh di bawah permukaan tanah juga kadang-kadang disebut umbi, seperti rimpang dan geragih.
Tiga yang pertama disebut sebagai organ seksual karena mutlak diperlukan dalam reproduksi seksual.
posted by : rifqi salafuddin
Langgan:
Catatan (Atom)