ilmu pertanian

Isnin, 9 Oktober 2017

Perkecambahan dan Pertumbuhan

A. Perkecambahan dan Pertumbuhan
Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti
dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan
peningkatan suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi
dalam biji. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji permeabel
terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu
(Kozlowski, 1972: 1).
Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi
menyebabkan kadar air di dalam biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan
pecah atau robeknya kulit biji. Air juga merupakan sarana masuknya oksigen
ke dalam biji. Suhu optimum untuk berlangsungnya proses perkecambahan
adalah 10-40ºC (Kozlowski, 1972: 1-6).
Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal.
1. Perkecambahan epigeal
Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh
memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan
tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum
11
terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga
matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji
berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh
menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang
dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan
tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan
daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan
di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000:
365).
Gambar 2. Perkecambahan biji epigeal (a) dan perkecambahan biji
hipogeal (b) (Campbell et al., 2000: 366)
2. Perkecambahan hipogeal
Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang
kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji.
Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang
12
mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung,
dan rumput-rumputan (Campbell et al., 2000: 366).
Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk menyintesis
cadangan makanan sendiri. Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan
makanan (endosperma). Umumnya cadangan makanan pada biji berupa
amilum (pati). Pati tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu
pati harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air
(Dwidjosoeputro, 1978: 56).
Pertumbuhan aksis embrionik kecambah terjadi karena dua peristiwa yaitu
pembesaran sel yang telah ada sebelumnya dan pembentukan sel-sel baru. Selsel
baru terbentuk karena proses pembelahan sel yang terjadi pada titik tumbuh
radikula dan plumula. Saat pembesaran sel terjadi proses-proses biokimia,
transportasi air, gula, asam amino, dan perubahan ion-ion organik menjadi
protein, asam nukleat, polisakarida serta molekul-molekul kompleks lainnya.
Senyawa yang dihasilkan akan diubah menjadi organela, dinding sel, membran
sel dan lain-lain sampai terbentuk jaringan dan organ (Salisburry dan Ross,
1995: 15).
Pertumbuhan sesungguhnya merupakan hasil reaksi biokimia, peristiwa
biofisik dan proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama
dengan faktor luar. Titik awalnya adalah satu sel tunggal, yaitu zigot yang
tumbuh dan berkembang menjadi organisme multisel. Sintesis molekul yang
besar dan kompleks berlangsung terus menerus dari ion dan molekul yang
13
lebih kecil, pembelahan sel menghasilkan sel-sel baru, yang banyak dan
diantaranya tidak hanya membesar tetapi juga lebih kompleks (Hasnunidah,
2011: 85).
Secara visual, pertumbuhan tumbuhan dapat diamati dari pertambahan jumlah
dan ukuran, perubahan massa dan penampilan tumbuhan tersebut sebagai
akibat penggandaan protoplasma dan perbanyakan sel yang secara keseluruhan
disebut fenologi. Fenologi adalah perubahan secara berurutan yang dapat
dilihat dari penampilan morfologi tanaman tersebut. Suatu tumbuhan dikatakan
tumbuh apabila memiliki jumlah sel, jumlah daun, ranting, rambut akar, dan
tunas yang lebih banyak dibandingkan keadaan semula. Pertumbuhan
tumbuhan juga ditandai dengan pertambahan ukuran tanaman seperti tinggi
tanaman, diameter batang, luas daun, panjang akar, volume batang, dan
keliling batang. Pertambahan massa pada tumbuhan dapat diamati dari berat
segar dan berat kering tanaman. Tumbuhan dikatakan tumbuh bila terjadi
perubahan penampilan, misalnya pada fase vegetatif perubahan dimulai dari
perkecambahan dilanjutkan dengan pemunculan bibit di atas tanah,
pembentukan daun dan akar, inisiasi anakan atau cabang, pertumbuhan daun,
dan perpanjangan akar, sedangkan pada fase generatif dimulai dari induksi
bunga, inisiasi bunga, pertumbuhan primordia bunga, dan pemunculan bunga
(Hasnunidah, 2011: 86).
Proses pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal tanaman dan faktor lingkungan. Faktor internal tersebut antara lain
gen dan hormon. Faktor lingkungan meliputi dua faktor yaitu faktor dalam
14
tanah dan faktor di atas tanah. Faktor dalam tanah terdiri dari keasaman,
aerasi, kandungan unsur kimia, dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah
adalah radiasi matahari, temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Sitompul dan
Guritno, 1995: 4). Adapun faktor lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman adalah medan magnet.
B. Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminoceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus radiatus L. (Purwono dan Hartono, 2005: 12).
a) Penyebaran Tanaman Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau sudah dikenal lama oleh masyarakat di Indonesia.
Asal kacang hijau diduga dari kawasan India. Penyebaran tanaman
kacang hijau sangat luas ke berbagai daerah di Asia tropis, seperti Taiwan,
Thailand, dan Filipina. Tanaman kacang hijau dibawa masuk ke wilayah
Indonesia pada awal abad ke-17, oleh pedagang Cina dan Portugis.
Penyebaran tanaman kacang hijau pada mulanya terpusat di Pulau Jawa
15
dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang di Sulawesi,
Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur. Daerah sentrum
produksi kacang hijau saat ini adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Yogyakarta (Rukmana, 1997: 15).
b) Morfologi
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di dataran rendah sampai pada
ketinggian 500 m di atas permukaan laut di seluruh Indonesia. Jenis
tanaman kacang hijau yang biasa diperdagangkan adalah jenis kacang
hijau dengan biji besar dan kacang hijau dengan biji kecil (Astawan, 2005:
1).
i. Buah
Buah kacang hijau berbentuk polong yang bulat silindris atau pipih
dengan ujung agak runcing atau tumpul dengan panjang polong
berkisar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong muda
berwarna hijau dan akan berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman
setelah tua. Pada polong terdapat rambut-rambut pendek (Purwono
dan Hartono, 2005: 16).
ii. Biji
Biji kacang hijau memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan
biji kacang lainnya. Kebanyakan warna bijinya adalah hijau kusam
atau hijau mengkilap, namun ada juga yang berwarna kuning coklat
atau kehitaman cokelat (Andrianto dan Indarto, 2004: 15).
16
iii. Perakaran
Rukmana (1997: 15) menjelaskan sistem perakaran kacang hijau
adalah tunggang dengan banyak cabang. Berdasarkan penyebaran
cabang-cabang akarnya, sistem perakaran kacang hijau
dikelompokkan menjadi mesophytes dan xerophytes. Sistem
perakaran mesophytes memunyai banyak cabang akar pada
permukaan tanah dengan tipe pertumbuhannya menyebar, sistem
perakaran xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan
memanjang ke arah bawah. Akar kacang hijau terdapat nodul atau
bintil akar. Semakin banyak nodul akarnya maka akan semakin
tinggi kandungan Nitrogen (N) di dalamnya sehingga dapat
menyuburkan tanah.
iv. Batang
Kacang hijau memiliki batang yang berukuran kecil, bertrikoma,
berwarna hijau kemerahan atau kecoklatan. Batangnya bulat
berbuku-buku. Setiap buku menghasilkan satu tangkai daun, kecuali
untuk daun pertama yang terbentuk sepasang dan letaknya saling
berhadapan. Batang tumbuh tegak mencapai ketinggian 30-110 cm
dan cabangnya tersebar kemana-mana (Andrianto dan Indarto, 2004:
15).
v. Daun
Kacang hijau memiliki daun trifoliate, terdiri dari 3 helaian, bentuk
daun terletak bersilangan. Tangkai daun berwarna hijau tua atau
17
hijau muda dengan panjang tangkai melebihi panjang daun
(Andrianto dan Indarto, 2004: 16).
vi. Bunga
Bunga kacang hijau termasuk bunga kupu-kupu dan merupakan
bunga berumah satu atau memiliki kelamin ganda. Bunga berwarna
kuning kehijauan atau kuning pucat. Proses penyerbukan terjadi
pada malam hari. Pada pagi hari bunga akan mekar dan menjadi
layu pada sore hari (Purwono dan Hartono, 2005: 15).
c) Manfaat
Kacang hijau banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Kandungan
protein yang dimilikinya tinggi dan baik bagi tubuh manusia. Kacang
hijau mengandung kalsium dan fosfor yang bermanfaat untuk memperkuat
tulang. Asam folat yang terkandung dalam kacang hijau penting untuk ibu
hamil sebagai perkembangan saraf bayi di dalam kandungan dan juga
untuk meningkatkan kecerdasan bayi (Astawan, 2005: 1). Kacang hijau
juga dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti beri-beri, radang
ginjal, tekanan darah tinggi, keracunan alkohol dan pestisida, mengurangi
gatal karena biang keringat, muntaber, menguatkan fungsi limpa dan
lambung, impotensi, TBC, jerawat, mengatasi flek hitam di wajah, dan
menurunkan demam (Susanto, 2010: 1-3).
Kacang hijau juga dikonsumsi dalam bentuk kecambah (taoge). Nilai gizi
kecambah kacang hijau lebih baik daripada nilai gizi biji yang belum
18
berkecambah karena kecambah telah mengalami proses perombakan
makromolekul menjadi mikromolekul sehingga meningkatkan daya cerna.
Pembentukan senyawa tokoferol vitamin E terjadi dalam proses
perkecambahan. Vitamin E merupakan senyawa antioksidan dalam tubuh
manusia (Purwono dan Hartono, 2005 : 5-11).
C. Medan Magnet
Magnet pertama kali ditemukan di suatu daerah yang bernama Magnesia,
berupa batu kecil yang dapat saling tarik menarik. Batu kecil ini kemudian
disebut magnet (Giancoli, 1998: 132-134). Setiap batang magnet memunyai
dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet
menyebabkan terbentuknya medan magnet di sekitar batang magnet. Kutubkutub
medan magnet yang tidak sejenis akan saling tarik-menarik bila
berdekatan, sebaliknya kutub medan magnet yang sejenis akan tolak menolak.
Kutub magnet adalah muatan magnet yang mirip dengan muatan listrik,
bedanya kutub magnet selalu berpasangan yaitu kutub selatan (s) dan utara (u),
sehingga selalu dalam wujud dwi kutub magnet (Pertiwi, 2011: 6).
Bentuk medan magnet dilukiskan dengan garis-garis medan magnet. Garisgaris
medan magnet selalu memancar dari kutub utara ke kutub selatan dan
tidak pernah saling memotong. Garis-garis medan magnet akan memengaruhi
momen-momen dwi kutub magnet yang terkandung pada sebuah materi.
Momen dwi kutub magnet adalah medan magnet-medan magnet kecil yang
ditimbulkan oleh gerakan elektron bahan pada orbital dan sumbunya. Semakin
19
besar kekuatan medan magnet maka semakin besar pula garis-garis medan
magnet yang dimilikinya (Soedojo, 2000: 37).
Menurut Soedojo (2000: 38) sifat magnetik benda dapat diklasifikasikan
berdasarkan arah momen dipol magnet suatu bahan terhadap arah medan
magnet dari luar yaitu:
a) Bahan Diamagnetik
Bahan diamagnetik memiliki arah momen dipol magnet yang berlawanan
dengan arah medan magnet luar. Ketika diberi magnet dari luar, maka
arah momen dwi kutub unsur diamagnetik menjadi berlawanan arah
dengan arah medan magnet luar, contoh: bismuth, tembaga, emas, perak,
seng, dan garam dapur (Alonso dan Finn, 1992: 44).
b) Bahan Paramagnetik
Bahan paramagnetik memiliki momen dipol magnet searah dengan arah
medan magnet luar dan sebagian lagi tidak. Bila ada magnet di sekitarnya,
maka arah momen dwi kutubnya akan searah dengan arah medan magnet
luar tersebut, contoh: aluminium, magnesium, wolfram, platina, dan kayu
(Alonso dan Finn, 1992: 44).
c) Bahan Feromagnetik
Bahan feromagnetik adalah bahan yang bila diberi medan magnet dari
luar, maka semua momen dipolnya searah dengan arah medan magnet luar.
Contoh: besi, baja, besi silikon, nikel, dan kobalt (Pertiwi, 2011: 9).
20
Berdasarkan sumbernya, medan magnet tediri atas sumber alami dan buatan.
Sumber alami medan magnet contohnya magnet batang, magnet jarum, dan
magnet U. Sumber medan magnet buatan contohnya solenoida. Setiap
solenoida menimbulkan medan magnet ke lingkungan di sekitarnya (Alonso
dan Finn, 1992: 45). Solenoida adalah lilitan-lilitan kawat tembaga yang
membentuk kumparan dan jika dialiri arus listrik akan menghasilkan medan
magnet dengan pola garis medan seperti magnet batang (Soedojo, 2000: 39).
Arah medan magnetik dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Arah arus
sesuai dengan arah melingkar jari tangan kanan, arah ibu jari menyatakan arah
medan magnet. Besar induksi magnetik pada solenoida ditentukan pada pusat
sumbu dan ujung sumbu solenoida. Besar induksi dapat diturunkan dari
hukum Biot-Savart (Anggraini, 2012: 37-38).
B = μ0
Keterangan:
B = kuat medan magnet pada titik P (Tesla)
μ0 = permeabilitas ruang hampa (Wb/Am)
I = kuat arus listrik (A)
n = jumlah lilitan per satuan luas panjang (m-1)
a = jarak dari ujung atas lilitan kawat tembaga ke ujung atas tabung
silinder (m)
b = jarak dari ujung bawah lilitan kawat tembaga ke ujung bawah
tabung silinder (m)
R = jari-jari solenoida (m)
21
D. Pengaruh Medan Magnet pada Tumbuhan
Penelitian untuk mengetahui pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan telah
banyak dilakukan, di antaranya Soltani dkk. (2006: 1) membuktikan bahwa
kuat medan magnet memengaruhi pertumbuhan akar lateral serta jumlah
cabang pada batang Ocimum basilicum. Putra (dalam Nurhayati, 2009: 17)
menunjukkan bahwa tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth.) yang
diletakkan pada batang magnet dengan arah medan magnet mendekati pusat
bumi memiliki diameter batang yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh Kamelia (dalam Widelia, 2008: 18)
mengungkapkan medan magnet memengaruhi panjang batang, berat basah,
selisih berat basah dan berat kering, serta lebar berkas pengangkut tanaman
kedelai.
Medan magnet menyebabkan peningkatan suhu dan kecepatan penguapan air
pada media tumbuh. Roniyus (2005: 112) menduga bahwa medan magnet
dapat memecah ikatan hidrogen antar molekul air sehingga potensial air
meningkat. Semakin tinggi potensial air maka hidrasi benih dapat berlangsung
lebih cepat. Sementara Morejon et al. (2007: 175) menjelaskan bahwa medan
magnet memengaruhi sifat fisika dan kimia air, diantaranya tekanan permukaan
air, konduktivitas, daya melarutkan garam-garam, relatif indeks air, dan pH.
Perubahan ini mengakibatkan air menjadi lebih mudah menghidrasi senyawasenyawa
atau molekul-molekul di sel-sel biji.
Efek medan magnet terhadap panjang batang diduga karena adanya
peningkatan pembelahan sel, pembesaran sel dan penyerapan air oleh sel.
22
Peningkatan volume sel yang cepat diduga akibat perenggangan dinding sel.
Peningkatan berat basah kedelai diduga karena adanya pengisian ronggarongga
antar sel dan perenggangan dinding sel sehingga ukuran sel meningkat
dan memengaruhi lebar berkas pengangkut. Lebar berkas pengangkut juga
menunjukkan pengaruh yang nyata setelah diletakkan di daerah sekitar medan
magnet. Hal ini diduga adanya sifat partikel dasar di dalam sel. Sifat ini
menyebabkan adanya benturan di antara molekul air dan partikel di dalamnya
yang akhirnya menyebabkan pembesaran dinding sel (Widelia, 2008: 19).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Fahmi (dalam Herawati, 2008: 22)
menunjukkan bahwa kuat medan megnet memberikan pengaruh nyata terhadap
indeks perkecambahan, lebar berkas pengangkut, dan berat kering tanaman
kacang kedelai yang berkaitan dengan sifat air. Aladjadjiyan dan Ylieva
(2003: 136) membuktikan bahwa medan magnet merangsang perkecambahan
serta berperan penting dalam meningkatkan energi perkecambahan. Agustrina
(2008: 342) juga membuktikan bahwa pemaparan medan magnet memengaruhi
ukuran lebar berkas pengangkut, lebar sel parenkim serta panjang dan lebar
stomata pada tanaman cocor bebek.
Kordas (2002: 528) menunjukkan bahwa medan magnet menurunkan panjang
akar gandum sebesar 8,5%. Dinamika pertumbuhan gandum menurun
sehingga tanaman menjadi lebih pendek dan kecil, begitu juga dengan struktur
mahkota dan tangkai menjadi lebih kecil. Sebaliknya biostimulasi daun
meningkat 4 % dibandingkan dengan tanaman kontrol.
23
Esitken dan Turan (2004: 135) meneliti tentang efek kuat medan magnet
terhadap hasil buah dan komposisi unsur hara pada strawberry (Fragaria x
ananassa). Strawberry yang diberi perlakuan kuat medan magnet 0,096 T;
0,192 T, dan 0,384 T menunjukkan rata-rata berat basah yang lebih tinggi
dibandingkan kontrol. Kuat medan magnet 0,096 T meningkatkan hasil dan
jumlah buah per tanaman, tetapi kuat medan magnet 0,384 T justru mengurangi
hasil dan jumlah buah per tanaman.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini (2012: 70) membuktikan
bahwa pemaparan yang berbeda-beda dengan kuat medan magnet 0,1 mT pada
tanaman legum memengaruhi perkecambahan dengan memperlihatkan
perbedaan yang nyata pada luas sel parenkim, diameter pembuluh xilem, dan
luas stomata. Pemaparan medan magnet juga memengaruhi berat basah, berat
kering, luas daun, kandungan klorofil, serta laju penambahan tinggi tanaman.
Pemaparan medan magnet selama 15 menit 36 detik meningkatkan aktivitas
enzim α-amilase pada bagian kotiledon dan hipokotil saat hipokotil mencapai 1
cm dan 9 cm.
E. Analisis Materi Pelajaran
Pembelajaran IPA diantaranya materi biologi wajib diajarkan pada jenjang
SMP untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Biologi merupakan ilmu
yang mempelajari segala sesuatu mengenai makhluk hidup. Salah satu materi
biologi yang diajarkan pada jenjang SMP adalah pertumbuhan dan
perkembangan pada kelas VIII. Sub materi pengaruh faktor lingkungan
24
terhadap pertumbuhan tumbuhan yang diajarkan pada siswa SMP masih
umum, padahal baru-baru ini sudah banyak dilakukan penelitian pengaruh
faktor lingkungan lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan tumbuhan
misalnya pengaruh medan magnet. Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) Kelas VIII semester 1 pada Standar Kompetensi (SK) 1, Kompetensi
Dasar 1.1 siswa diminta untuk dapat menganalisis pentingnya pertumbuhan
dan perkembangan pada makhluk hidup, terutama tentang faktor-faktor yang
dapat memengaruhinya. Pembelajaran pada materi ini dapat dilakukan dengan
metode praktikum untuk membuktikan pengaruh faktor lingkungan, sehingga
diperlukan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam menunjang pembelajaran.
Penelitian mengenai kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan akar
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) memiliki kaitan yang sesuai
dengan Standar Kompetensi 1 dan Kompetensi Dasar 1.1 SMP Kelas VIII
semester 1, di mana penelitian ini merupakan percobaan pengaruh faktor
lingkungan terhadap pertumbuhan tumbuhan sehingga hasil dari penelitian ini
dapat diaplikasikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa.
F. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. Tugas-tugas dalam sebuah LKS tidak akan dapat
dikerjakan tanpa dilengkapi dengan buku lain atau referensi yang terkait
dengan materi tugas (Majid, 2007: 176). Lembar kerja siswa dapat berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Abdul, 2007 :
176).
25
1) Komponen LKS
Meskipun tidak sama persis, komponen LKS meliputi nomor LKS, judul,
tujuan, alat dan bahan, prosedur kerja dan tabel data. Nomor LKS
bertujuan mempermudah penggunaan. Judul dan tujuan kegiatan berisi
topik dan tujuan belajar. Alat dan bahan tidak mutlak dicantumkan hanya
jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan khusus. Prosedur kerja
berisi petunjuk melakukan kegiatan belajar. Tabel data digunakan siswa
dalam mencatat hasil pengamatan atau pengukuran. Tabel bisa diganti
dengan kotak kosong bila tidak memerlukan data sehingga siswa dapat
menulis, menggambar, atau berhitung (Suyanto dkk., 2011: 7).
2) Tujuan
Tujuan dari penggunaan LKS adalah memberi pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik, dan mengecek tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan. LKS juga
bertujuan mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit
disampaikan secara lisan (Suyanto dkk., 2011: 7).
3) Manfaat
Manfaat LKS adalah mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar,
membantu siswa dalam mengembangkan konsep, melatih siswa untuk
menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar, dan membantu
guru dalam menyusun pembelajaran. LKS juga penting sebagai pedoman
guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. LKS
menambah informasi dan membantu siswa memperoleh catatan tentang
26
materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran (Priyanto dan
Harmoko, 1997: 17).
4) Langkah-langkah Penyusunan LKS
Dalam menyusun sebuah LKS, pertama dengan melakukan analisis
kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi
pembelajaran, serta alokasi waktu. Menganalisis silabus dan memilih
alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK,
KD, dan indikator. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah

kegiatan belajar (Suyanto dkk., 2011: 14).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan