A. Perkecambahan
dan Pertumbuhan
Perkecambahan biji dimulai dari
proses penyerapan air oleh biji diikuti
dengan melunaknya kulit biji
serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan
peningkatan suplai oksigen
sehingga menyebabkan peningkatan respirasi
dalam biji. Proses perkecambahan
dapat terjadi jika kulit biji permeabel
terhadap air dan tersedia cukup
air dengan tekanan osmosis tertentu
(Kozlowski, 1972: 1).
Dinding sel yang kering hampir
tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi
menyebabkan kadar air di dalam
biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan
pecah atau robeknya kulit biji.
Air juga merupakan sarana masuknya oksigen
ke dalam biji. Suhu optimum untuk
berlangsungnya proses perkecambahan
adalah 10-40ºC (Kozlowski, 1972:
1-6).
Ada dua tipe perkecambahan biji,
yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal.
1. Perkecambahan epigeal
Tipe perkecambahan epigeal
ditandai dengan hipokotil yang tumbuh
memanjang sehingga plumula dan
kotiledon terangkat ke atas (permukaan
tanah). Kotiledon dapat melakukan
fotosintesis selama daun belum
11
terbentuk. Contoh tumbuhan ini
adalah kacang hijau, kedelai, bunga
matahari dan kacang tanah. Organ
pertama yang muncul ketika biji
berkecambah adalah radikula.
Radikula ini kemudian akan tumbuh
menembus permukaan tanah. Untuk
tanaman dikotil yang dirangsang
dengan cahaya, ruas batang
hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan
tanah mengangkat kotiledon dan
epikotil. Epikotil akan memunculkan
daun pertama kemudian kotiledon
akan rontok ketika cadangan makanan
di dalamnya telah habis digunakan
oleh embrio (Campbell et al., 2000:
365).
Gambar 2. Perkecambahan biji
epigeal (a) dan perkecambahan biji
hipogeal (b) (Campbell et al.,
2000: 366)
2. Perkecambahan hipogeal
Perkecambahan hipogeal ditandai
dengan epikotil tumbuh memanjang
kemudian plumula tumbuh ke
permukaan tanah menembus kulit biji.
Kotiledon tetap berada di dalam
tanah. Contoh tumbuhan yang
12
mengalami perkecambahan ini
adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung,
dan rumput-rumputan (Campbell et
al., 2000: 366).
Biji yang berkecambah belum
memiliki kemampuan untuk menyintesis
cadangan makanan sendiri.
Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan
makanan (endosperma). Umumnya
cadangan makanan pada biji berupa
amilum (pati). Pati tidak dapat
ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu
pati harus diubah terlebih dahulu
kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air
(Dwidjosoeputro, 1978: 56).
Pertumbuhan aksis embrionik
kecambah terjadi karena dua peristiwa yaitu
pembesaran sel yang telah ada
sebelumnya dan pembentukan sel-sel baru. Selsel
baru terbentuk karena proses
pembelahan sel yang terjadi pada titik tumbuh
radikula dan plumula. Saat
pembesaran sel terjadi proses-proses biokimia,
transportasi air, gula, asam
amino, dan perubahan ion-ion organik menjadi
protein, asam nukleat,
polisakarida serta molekul-molekul kompleks lainnya.
Senyawa yang dihasilkan akan
diubah menjadi organela, dinding sel, membran
sel dan lain-lain sampai
terbentuk jaringan dan organ (Salisburry dan Ross,
1995: 15).
Pertumbuhan sesungguhnya merupakan
hasil reaksi biokimia, peristiwa
biofisik dan proses fisiologis
yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama
dengan faktor luar. Titik awalnya
adalah satu sel tunggal, yaitu zigot yang
tumbuh dan berkembang menjadi
organisme multisel. Sintesis molekul yang
besar dan kompleks berlangsung
terus menerus dari ion dan molekul yang
13
lebih kecil, pembelahan sel
menghasilkan sel-sel baru, yang banyak dan
diantaranya tidak hanya membesar
tetapi juga lebih kompleks (Hasnunidah,
2011: 85).
Secara visual, pertumbuhan
tumbuhan dapat diamati dari pertambahan jumlah
dan ukuran, perubahan massa dan
penampilan tumbuhan tersebut sebagai
akibat penggandaan protoplasma
dan perbanyakan sel yang secara keseluruhan
disebut fenologi. Fenologi adalah
perubahan secara berurutan yang dapat
dilihat dari penampilan morfologi
tanaman tersebut. Suatu tumbuhan dikatakan
tumbuh apabila memiliki jumlah
sel, jumlah daun, ranting, rambut akar, dan
tunas yang lebih banyak
dibandingkan keadaan semula. Pertumbuhan
tumbuhan juga ditandai dengan
pertambahan ukuran tanaman seperti tinggi
tanaman, diameter batang, luas
daun, panjang akar, volume batang, dan
keliling batang. Pertambahan
massa pada tumbuhan dapat diamati dari berat
segar dan berat kering tanaman.
Tumbuhan dikatakan tumbuh bila terjadi
perubahan penampilan, misalnya
pada fase vegetatif perubahan dimulai dari
perkecambahan dilanjutkan dengan
pemunculan bibit di atas tanah,
pembentukan daun dan akar,
inisiasi anakan atau cabang, pertumbuhan daun,
dan perpanjangan akar, sedangkan
pada fase generatif dimulai dari induksi
bunga, inisiasi bunga,
pertumbuhan primordia bunga, dan pemunculan bunga
(Hasnunidah, 2011: 86).
Proses pertumbuhan kecambah
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal tanaman dan faktor lingkungan.
Faktor internal tersebut antara lain
gen dan hormon. Faktor lingkungan
meliputi dua faktor yaitu faktor dalam
14
tanah dan faktor di atas tanah.
Faktor dalam tanah terdiri dari keasaman,
aerasi, kandungan unsur kimia,
dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah
adalah radiasi matahari,
temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Sitompul dan
Guritno, 1995: 4). Adapun faktor
lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman adalah
medan magnet.
B. Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau dalam
taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminoceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus radiatus L.
(Purwono dan Hartono, 2005: 12).
a) Penyebaran
Tanaman Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau sudah
dikenal lama oleh masyarakat di Indonesia.
Asal kacang hijau diduga dari
kawasan India. Penyebaran tanaman
kacang hijau sangat luas ke
berbagai daerah di Asia tropis, seperti Taiwan,
Thailand, dan Filipina. Tanaman
kacang hijau dibawa masuk ke wilayah
Indonesia pada awal abad ke-17,
oleh pedagang Cina dan Portugis.
Penyebaran tanaman kacang hijau
pada mulanya terpusat di Pulau Jawa
15
dan Bali, tetapi pada tahun
1920-an mulai berkembang di Sulawesi,
Sumatera, Kalimantan, dan
Indonesia bagian Timur. Daerah sentrum
produksi kacang hijau saat ini
adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Yogyakarta (Rukmana,
1997: 15).
b) Morfologi
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh
di dataran rendah sampai pada
ketinggian 500 m di atas
permukaan laut di seluruh Indonesia. Jenis
tanaman kacang hijau yang biasa
diperdagangkan adalah jenis kacang
hijau dengan biji besar dan
kacang hijau dengan biji kecil (Astawan, 2005:
1).
i. Buah
Buah kacang hijau berbentuk
polong yang bulat silindris atau pipih
dengan ujung agak runcing atau
tumpul dengan panjang polong
berkisar 5-16 cm. Setiap polong
berisi 10-15 biji. Polong muda
berwarna hijau dan akan berubah
menjadi kecoklatan atau kehitaman
setelah tua. Pada polong terdapat
rambut-rambut pendek (Purwono
dan Hartono, 2005: 16).
ii. Biji
Biji kacang hijau memiliki ukuran
lebih kecil dibandingkan dengan
biji kacang lainnya. Kebanyakan
warna bijinya adalah hijau kusam
atau hijau mengkilap, namun ada
juga yang berwarna kuning coklat
atau kehitaman cokelat (Andrianto
dan Indarto, 2004: 15).
16
iii. Perakaran
Rukmana (1997: 15) menjelaskan
sistem perakaran kacang hijau
adalah tunggang dengan banyak
cabang. Berdasarkan penyebaran
cabang-cabang akarnya, sistem
perakaran kacang hijau
dikelompokkan menjadi mesophytes
dan xerophytes. Sistem
perakaran mesophytes memunyai
banyak cabang akar pada
permukaan tanah dengan tipe
pertumbuhannya menyebar, sistem
perakaran xerophytes memiliki
akar cabang lebih sedikit dan
memanjang ke arah bawah. Akar
kacang hijau terdapat nodul atau
bintil akar. Semakin banyak nodul
akarnya maka akan semakin
tinggi kandungan Nitrogen (N) di
dalamnya sehingga dapat
menyuburkan tanah.
iv. Batang
Kacang hijau memiliki batang yang
berukuran kecil, bertrikoma,
berwarna hijau kemerahan atau
kecoklatan. Batangnya bulat
berbuku-buku. Setiap buku
menghasilkan satu tangkai daun, kecuali
untuk daun pertama yang terbentuk
sepasang dan letaknya saling
berhadapan. Batang tumbuh tegak
mencapai ketinggian 30-110 cm
dan cabangnya tersebar
kemana-mana (Andrianto dan Indarto, 2004:
15).
v. Daun
Kacang hijau memiliki daun
trifoliate, terdiri dari 3 helaian, bentuk
daun terletak bersilangan.
Tangkai daun berwarna hijau tua atau
17
hijau muda dengan panjang tangkai
melebihi panjang daun
(Andrianto dan Indarto, 2004:
16).
vi. Bunga
Bunga kacang hijau termasuk bunga
kupu-kupu dan merupakan
bunga berumah satu atau memiliki
kelamin ganda. Bunga berwarna
kuning kehijauan atau kuning
pucat. Proses penyerbukan terjadi
pada malam hari. Pada pagi hari
bunga akan mekar dan menjadi
layu pada sore hari (Purwono dan
Hartono, 2005: 15).
c) Manfaat
Kacang hijau banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pangan. Kandungan
protein yang dimilikinya tinggi
dan baik bagi tubuh manusia. Kacang
hijau mengandung kalsium dan
fosfor yang bermanfaat untuk memperkuat
tulang. Asam folat yang
terkandung dalam kacang hijau penting untuk ibu
hamil sebagai perkembangan saraf
bayi di dalam kandungan dan juga
untuk meningkatkan kecerdasan
bayi (Astawan, 2005: 1). Kacang hijau
juga dapat mengobati berbagai
macam penyakit seperti beri-beri, radang
ginjal, tekanan darah tinggi,
keracunan alkohol dan pestisida, mengurangi
gatal karena biang keringat,
muntaber, menguatkan fungsi limpa dan
lambung, impotensi, TBC, jerawat,
mengatasi flek hitam di wajah, dan
menurunkan demam (Susanto, 2010:
1-3).
Kacang hijau juga dikonsumsi
dalam bentuk kecambah (taoge). Nilai gizi
kecambah kacang hijau lebih baik
daripada nilai gizi biji yang belum
18
berkecambah karena kecambah telah
mengalami proses perombakan
makromolekul menjadi mikromolekul
sehingga meningkatkan daya cerna.
Pembentukan senyawa tokoferol
vitamin E terjadi dalam proses
perkecambahan. Vitamin E
merupakan senyawa antioksidan dalam tubuh
manusia (Purwono dan Hartono,
2005 : 5-11).
C. Medan Magnet
Magnet pertama kali ditemukan di
suatu daerah yang bernama Magnesia,
berupa batu kecil yang dapat
saling tarik menarik. Batu kecil ini kemudian
disebut magnet (Giancoli, 1998:
132-134). Setiap batang magnet memunyai
dua kutub, yaitu kutub utara dan
kutub selatan. Kutub-kutub magnet
menyebabkan terbentuknya medan
magnet di sekitar batang magnet. Kutubkutub
medan magnet yang tidak sejenis
akan saling tarik-menarik bila
berdekatan, sebaliknya kutub
medan magnet yang sejenis akan tolak menolak.
Kutub magnet adalah muatan magnet
yang mirip dengan muatan listrik,
bedanya kutub magnet selalu
berpasangan yaitu kutub selatan (s) dan utara (u),
sehingga selalu dalam wujud dwi
kutub magnet (Pertiwi, 2011: 6).
Bentuk medan magnet dilukiskan
dengan garis-garis medan magnet. Garisgaris
medan magnet selalu memancar dari
kutub utara ke kutub selatan dan
tidak pernah saling memotong.
Garis-garis medan magnet akan memengaruhi
momen-momen dwi kutub magnet yang
terkandung pada sebuah materi.
Momen dwi kutub magnet adalah
medan magnet-medan magnet kecil yang
ditimbulkan oleh gerakan elektron
bahan pada orbital dan sumbunya. Semakin
19
besar kekuatan medan magnet maka
semakin besar pula garis-garis medan
magnet yang dimilikinya (Soedojo,
2000: 37).
Menurut Soedojo (2000: 38) sifat
magnetik benda dapat diklasifikasikan
berdasarkan arah momen dipol
magnet suatu bahan terhadap arah medan
magnet dari luar yaitu:
a) Bahan Diamagnetik
Bahan diamagnetik memiliki arah
momen dipol magnet yang berlawanan
dengan arah medan magnet luar.
Ketika diberi magnet dari luar, maka
arah momen dwi kutub unsur
diamagnetik menjadi berlawanan arah
dengan arah medan magnet luar,
contoh: bismuth, tembaga, emas, perak,
seng, dan garam dapur (Alonso dan
Finn, 1992: 44).
b) Bahan Paramagnetik
Bahan paramagnetik memiliki momen
dipol magnet searah dengan arah
medan magnet luar dan sebagian
lagi tidak. Bila ada magnet di sekitarnya,
maka arah momen dwi kutubnya akan
searah dengan arah medan magnet
luar tersebut, contoh: aluminium,
magnesium, wolfram, platina, dan kayu
(Alonso dan Finn, 1992: 44).
c) Bahan Feromagnetik
Bahan feromagnetik adalah bahan
yang bila diberi medan magnet dari
luar, maka semua momen dipolnya
searah dengan arah medan magnet luar.
Contoh: besi, baja, besi silikon,
nikel, dan kobalt (Pertiwi, 2011: 9).
20
Berdasarkan sumbernya, medan magnet
tediri atas sumber alami dan buatan.
Sumber alami medan magnet
contohnya magnet batang, magnet jarum, dan
magnet U. Sumber medan magnet
buatan contohnya solenoida. Setiap
solenoida menimbulkan medan
magnet ke lingkungan di sekitarnya (Alonso
dan Finn, 1992: 45). Solenoida
adalah lilitan-lilitan kawat tembaga yang
membentuk kumparan dan jika
dialiri arus listrik akan menghasilkan medan
magnet dengan pola garis medan
seperti magnet batang (Soedojo, 2000: 39).
Arah medan magnetik dapat
ditentukan dengan aturan tangan kanan. Arah arus
sesuai dengan arah melingkar jari
tangan kanan, arah ibu jari menyatakan arah
medan magnet. Besar induksi
magnetik pada solenoida ditentukan pada pusat
sumbu dan ujung sumbu solenoida.
Besar induksi dapat diturunkan dari
hukum Biot-Savart (Anggraini,
2012: 37-38).
B = μ0
Keterangan:
B = kuat medan magnet pada titik
P (Tesla)
μ0 = permeabilitas ruang hampa
(Wb/Am)
I = kuat arus listrik (A)
n = jumlah lilitan per satuan
luas panjang (m-1)
a = jarak dari ujung atas lilitan
kawat tembaga ke ujung atas tabung
silinder (m)
b = jarak dari ujung bawah
lilitan kawat tembaga ke ujung bawah
tabung silinder (m)
R = jari-jari solenoida (m)
21
D. Pengaruh
Medan Magnet pada Tumbuhan
Penelitian untuk mengetahui
pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan telah
banyak dilakukan, di antaranya
Soltani dkk. (2006: 1) membuktikan bahwa
kuat medan magnet memengaruhi
pertumbuhan akar lateral serta jumlah
cabang pada batang Ocimum
basilicum. Putra (dalam Nurhayati, 2009: 17)
menunjukkan bahwa tanaman nilam (Pogestemon
cablin Benth.) yang
diletakkan pada batang magnet
dengan arah medan magnet mendekati pusat
bumi memiliki diameter batang
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh Kamelia
(dalam Widelia, 2008: 18)
mengungkapkan medan magnet
memengaruhi panjang batang, berat basah,
selisih berat basah dan berat
kering, serta lebar berkas pengangkut tanaman
kedelai.
Medan magnet menyebabkan
peningkatan suhu dan kecepatan penguapan air
pada media tumbuh. Roniyus (2005:
112) menduga bahwa medan magnet
dapat memecah ikatan hidrogen
antar molekul air sehingga potensial air
meningkat. Semakin tinggi
potensial air maka hidrasi benih dapat berlangsung
lebih cepat. Sementara Morejon et
al. (2007: 175) menjelaskan bahwa medan
magnet memengaruhi sifat fisika
dan kimia air, diantaranya tekanan permukaan
air, konduktivitas, daya
melarutkan garam-garam, relatif indeks air, dan pH.
Perubahan ini mengakibatkan air
menjadi lebih mudah menghidrasi senyawasenyawa
atau molekul-molekul di sel-sel
biji.
Efek medan magnet terhadap
panjang batang diduga karena adanya
peningkatan pembelahan sel,
pembesaran sel dan penyerapan air oleh sel.
22
Peningkatan volume sel yang cepat
diduga akibat perenggangan dinding sel.
Peningkatan berat basah kedelai
diduga karena adanya pengisian ronggarongga
antar sel dan perenggangan
dinding sel sehingga ukuran sel meningkat
dan memengaruhi lebar berkas
pengangkut. Lebar berkas pengangkut juga
menunjukkan pengaruh yang nyata
setelah diletakkan di daerah sekitar medan
magnet. Hal ini diduga adanya
sifat partikel dasar di dalam sel. Sifat ini
menyebabkan adanya benturan di
antara molekul air dan partikel di dalamnya
yang akhirnya menyebabkan
pembesaran dinding sel (Widelia, 2008: 19).
Penelitian yang telah dilakukan
oleh Fahmi (dalam Herawati, 2008: 22)
menunjukkan bahwa kuat medan
megnet memberikan pengaruh nyata terhadap
indeks perkecambahan, lebar
berkas pengangkut, dan berat kering tanaman
kacang kedelai yang berkaitan
dengan sifat air. Aladjadjiyan dan Ylieva
(2003: 136) membuktikan bahwa
medan magnet merangsang perkecambahan
serta berperan penting dalam
meningkatkan energi perkecambahan. Agustrina
(2008: 342) juga membuktikan
bahwa pemaparan medan magnet memengaruhi
ukuran lebar berkas pengangkut,
lebar sel parenkim serta panjang dan lebar
stomata pada tanaman cocor bebek.
Kordas (2002: 528) menunjukkan
bahwa medan magnet menurunkan panjang
akar gandum sebesar 8,5%.
Dinamika pertumbuhan gandum menurun
sehingga tanaman menjadi lebih
pendek dan kecil, begitu juga dengan struktur
mahkota dan tangkai menjadi lebih
kecil. Sebaliknya biostimulasi daun
meningkat 4 % dibandingkan dengan
tanaman kontrol.
23
Esitken dan Turan (2004: 135)
meneliti tentang efek kuat medan magnet
terhadap hasil buah dan komposisi
unsur hara pada strawberry (Fragaria x
ananassa). Strawberry
yang diberi perlakuan kuat medan magnet 0,096 T;
0,192 T, dan 0,384 T menunjukkan
rata-rata berat basah yang lebih tinggi
dibandingkan kontrol. Kuat medan
magnet 0,096 T meningkatkan hasil dan
jumlah buah per tanaman, tetapi
kuat medan magnet 0,384 T justru mengurangi
hasil dan jumlah buah per
tanaman.
Penelitian yang telah dilakukan
oleh Anggraini (2012: 70) membuktikan
bahwa pemaparan yang berbeda-beda
dengan kuat medan magnet 0,1 mT pada
tanaman legum memengaruhi
perkecambahan dengan memperlihatkan
perbedaan yang nyata pada luas
sel parenkim, diameter pembuluh xilem, dan
luas stomata. Pemaparan medan
magnet juga memengaruhi berat basah, berat
kering, luas daun, kandungan
klorofil, serta laju penambahan tinggi tanaman.
Pemaparan medan magnet selama 15
menit 36 detik meningkatkan aktivitas
enzim α-amilase pada bagian
kotiledon dan hipokotil saat hipokotil mencapai 1
cm dan 9 cm.
E. Analisis
Materi Pelajaran
Pembelajaran IPA diantaranya
materi biologi wajib diajarkan pada jenjang
SMP untuk mencapai tujuan
Pendidikan Nasional. Biologi merupakan ilmu
yang mempelajari segala sesuatu
mengenai makhluk hidup. Salah satu materi
biologi yang diajarkan pada
jenjang SMP adalah pertumbuhan dan
perkembangan pada kelas VIII. Sub
materi pengaruh faktor lingkungan
24
terhadap pertumbuhan tumbuhan
yang diajarkan pada siswa SMP masih
umum, padahal baru-baru ini sudah
banyak dilakukan penelitian pengaruh
faktor lingkungan lain yang dapat
memengaruhi pertumbuhan tumbuhan
misalnya pengaruh medan magnet.
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) Kelas VIII semester 1 pada
Standar Kompetensi (SK) 1, Kompetensi
Dasar 1.1 siswa diminta untuk dapat
menganalisis pentingnya pertumbuhan
dan perkembangan pada makhluk
hidup, terutama tentang faktor-faktor yang
dapat memengaruhinya.
Pembelajaran pada materi ini dapat dilakukan dengan
metode praktikum untuk
membuktikan pengaruh faktor lingkungan, sehingga
diperlukan Lembar Kerja Siswa
(LKS) dalam menunjang pembelajaran.
Penelitian mengenai kecepatan
perkecambahan dan pertumbuhan akar
kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus L.) memiliki kaitan yang sesuai
dengan Standar Kompetensi 1 dan
Kompetensi Dasar 1.1 SMP Kelas VIII
semester 1, di mana penelitian
ini merupakan percobaan pengaruh faktor
lingkungan terhadap pertumbuhan
tumbuhan sehingga hasil dari penelitian ini
dapat diaplikasikan dalam bentuk
Lembar Kerja Siswa.
F. Lembar Kerja
Siswa
Lembar kerja siswa adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.
Tugas-tugas dalam sebuah LKS tidak akan dapat
dikerjakan tanpa dilengkapi
dengan buku lain atau referensi yang terkait
dengan materi tugas (Majid, 2007:
176). Lembar kerja siswa dapat berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas (Abdul, 2007 :
176).
25
1) Komponen LKS
Meskipun tidak sama persis,
komponen LKS meliputi nomor LKS, judul,
tujuan, alat dan bahan, prosedur
kerja dan tabel data. Nomor LKS
bertujuan mempermudah penggunaan.
Judul dan tujuan kegiatan berisi
topik dan tujuan belajar. Alat
dan bahan tidak mutlak dicantumkan hanya
jika kegiatan belajar memerlukan
alat dan bahan khusus. Prosedur kerja
berisi petunjuk melakukan
kegiatan belajar. Tabel data digunakan siswa
dalam mencatat hasil pengamatan
atau pengukuran. Tabel bisa diganti
dengan kotak kosong bila tidak
memerlukan data sehingga siswa dapat
menulis, menggambar, atau
berhitung (Suyanto dkk., 2011: 7).
2) Tujuan
Tujuan dari penggunaan LKS adalah
memberi pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang perlu dimiliki
oleh peserta didik, dan mengecek tingkat
pemahaman peserta didik terhadap
materi yang telah disajikan. LKS juga
bertujuan mengembangkan dan
menerapkan materi pelajaran yang sulit
disampaikan secara lisan (Suyanto
dkk., 2011: 7).
3) Manfaat
Manfaat LKS adalah mengaktifkan
siswa dalam proses belajar mengajar,
membantu siswa dalam
mengembangkan konsep, melatih siswa untuk
menemukan dan mengembangkan
proses belajar mengajar, dan membantu
guru dalam menyusun pembelajaran.
LKS juga penting sebagai pedoman
guru dan siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran. LKS
menambah informasi dan membantu
siswa memperoleh catatan tentang
26
materi yang dipelajari melalui
kegiatan pembelajaran (Priyanto dan
Harmoko, 1997: 17).
4)
Langkah-langkah Penyusunan LKS
Dalam menyusun sebuah LKS,
pertama dengan melakukan analisis
kurikulum; standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, dan materi
pembelajaran, serta alokasi
waktu. Menganalisis silabus dan memilih
alternatif kegiatan belajar yang
paling sesuai dengan hasil analisis SK,
KD, dan indikator. Menganalisis
RPP dan menentukan langkah-langkah
kegiatan belajar (Suyanto dkk., 2011: 14).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan